Rangda girah adalah istilah kuno masuk dalam wilayah bahasa jawa kuno, kalau jaman modern sekarang kenalnya Randa, Rondo atau bahasa Indon...
Siapa itu Rangda Girah? Orang umum lebih mengenalnya dengan nama Dayu Datu, dalam dongeng orang umum lebih mengenalnya dengan nama Calon Arang. Di banyak berita dan di banyak blog ataupun website ataupun buku, ataupun media lainnya bercerita tentang keburukan Calon Arang (saya lebih suka memanggilnya Rangda Girah). Namun saya akan mencoba menyikapi sebaliknya. Karena saya punya anggapan tokoh sekelas Rangda Girah ini adalah sebuah peninggalan sejarah yang perlu dicari kebenaran ceritanya. Jurusnya gampang, sejarah selalu tunduk dan patuh pada si tuan agung atau si penguasa, siapapun dia kalau tidak cocok dengan penguasa ya dihancurkan dan bahkan bisa digunakan jurus tumpes kelor, kalau ga ya ajaran atau kepercayaan orang tersebut dianggap ilmu hitam.
Rangda Girah, dengan kepercayaan dan kemampuanya mampu membuat grogi penguasa pada waktu itu. Bayangan di era Suharto ya sekelas dengan para-para tahanan politik, seperti Soekarno, Pramoedya dan masih banyak sekali. Punya penngaruh yang besar terhadap publik atau masyarakat. Lalu siapakah sebenarnya Rangda Girah ini?
Perjalanan panjang memang telah menemukan saya dengan salah satu trah atau keturunan dari Rangda Girah. Meskipun hanya melalui media, namun terbuka sudah apa yang saya cari, bahwasanya Rangda Girah adalah seorang wanita yang kena hasut alias kena fitnah, karena pengaruhnya yang besar era Raja Airlangga tersebut. Pengaruh apa sih? Hingga sekarang belum ada yang berani membuka tabir kebenaran akan cerita yang sesungguhnya, bahkan mayoritas menuliskan dan drama dibuatkan bahwa Rangda Girah adalah tukang santet, Girah adalah penganut ajaran sesat, dan pembawa mala petaka bagi kerajaan Daha.
Usut punya usut, Rangda Girah adalah penganut aliran kepercayaan yang memang murni peninggalan para leluhur pribumi (Jawa). Dan Rangda Girah adalah jandanya seorang penguasa juga di wilayah Girah yang punya nama baik dan jadi panutan banyak orang di wilayahnya dialah Mpu Kuturan yang sudah menganut agama Budha. Sementara Airlangga adalah penganut agama Brahmana (Hindu) yang konon berasal dari India, maksudnya bukan asli ajaran pribumi. Secara situasi mungkin bisa dibayangkan era peralihan dari orla ke orba, atau dari Majapahit ke Demak. Sementara mayoritas sudah memeluk agama Hindu dan Budha, sedangkan daerah Girah ini berkat Rangda Girah dan suaminya Mpu Kuturan. Mpu Kuturan adalah seperguruan dengan Mpu Baradah (Gurunya Airlangga).
Sebagai penganut ajaran pribumi yang bersuamikan dengan Mpu Kuturan yang beragama Budha tentunya sebagai seorang Ibu dia akan sangat berhati-hati dan menjaganya dengan seksama. Kekhawatiran ini akhirnya membuat malapetaka bagi diri anaknya Ratna Manggali. Karena, meskipun cantik, tak satupun lelaki yang berani mendekatinya karena ketakutanya terhadap Rangda Girah. Takut isu yang disebarkan bahwa Rangda Girah adalah penganut aliran sesat, yaitu menyembah Batari Durga. Isu itu diiyakan oleh pihak kerajaan Daha, sehingga cepat berpengaruh terhadap opini masyarakat, seperti kasusnya Ahok yang di isukan penistaan agama. Hahahaha
Batari Durga Dan Bhairawa
Usut punya usut, Rangda Girah adalah penganut aliran kepercayaan yang memang murni peninggalan para leluhur pribumi (Jawa). Dan Rangda Girah adalah jandanya seorang penguasa juga di wilayah Girah yang punya nama baik dan jadi panutan banyak orang di wilayahnya dialah Mpu Kuturan yang sudah menganut agama Budha. Sementara Airlangga adalah penganut agama Brahmana (Hindu) yang konon berasal dari India, maksudnya bukan asli ajaran pribumi. Secara situasi mungkin bisa dibayangkan era peralihan dari orla ke orba, atau dari Majapahit ke Demak. Sementara mayoritas sudah memeluk agama Hindu dan Budha, sedangkan daerah Girah ini berkat Rangda Girah dan suaminya Mpu Kuturan. Mpu Kuturan adalah seperguruan dengan Mpu Baradah (Gurunya Airlangga).
Sebagai penganut ajaran pribumi yang bersuamikan dengan Mpu Kuturan yang beragama Budha tentunya sebagai seorang Ibu dia akan sangat berhati-hati dan menjaganya dengan seksama. Kekhawatiran ini akhirnya membuat malapetaka bagi diri anaknya Ratna Manggali. Karena, meskipun cantik, tak satupun lelaki yang berani mendekatinya karena ketakutanya terhadap Rangda Girah. Takut isu yang disebarkan bahwa Rangda Girah adalah penganut aliran sesat, yaitu menyembah Batari Durga. Isu itu diiyakan oleh pihak kerajaan Daha, sehingga cepat berpengaruh terhadap opini masyarakat, seperti kasusnya Ahok yang di isukan penistaan agama. Hahahaha
Batari Durga Dan Bhairawa
Siapa Durga sebenarnya?
Kalau cerita wayang di Jawa dan Bali bahkan di Mahabarata versi yang tersebar di Indonesia, Durga merupakan tokoh yang berkuasa dan menguasai kahyangan Dandangmangore. Kahyangan para pemuja aliran sesat. Namun berbeda jauh dengan Bathari Durga yang ada di India sana, di sana Durga adalah seorang Dewi yang berhasil membantu Kahyangan (Batara Guru) memenangkan peperangan melawan Lembusura, sehingga Durga di India di puja karena jasanya terhadap kahyangan. Cerita yang sampai ke Indonesia berbalik, padahal yang bawa juga Brahmana. Artinya ada suatu kepentingan.
Usut punya usut ternyata yang dipelajari Rangda Girah adalah Bhairawa, yang memang memuja seorang Dewi (Simbok) namun bukan Batari Durga. Apa itu Bhairawa, adalah kepercayaan lokal sebelum datangnya agama Hindu dan Buda di Jawa. Orang Jawa pada babad tanah Jawa disebutkan tidak memiliki kepercayaan, atau tidak memiliki agama. Memang, leluhur jawa tidak beraga, namun punya kepercayaan, yang kemudian di sejarah tertulis kepercayaan animisme dan dinamisme. Terserah mau disebut apa oleh para kolonial dalam tulisannya. Toh Kepercayaan Bhairawa ini bisa kita dapatkan dan telusuri.
Bhairawa (Shiwa Bhairawa) adalah kepercayaan para raja Singasari, Majapahit, Bali dan bahkan kawruh ini sampai ke Mongol. Ajaran ini mengenalkan sebuah ajaran yang kemudian dikenal 5M atau Mo5. Ajaran 5M ini akhirnya masih sampai ke telinga kita, lewat syiarnya para wali, meskipun secara makna sudah sangat berbeda, dan jauh dari pengertian 5M yang diajarkan oleh Bhairawa. 5M versi Wali adalah Madat, Madon, Main, Maling, Minum. Diajaran Bhairawa adalah Mada, Maudra, Mamsa, Matsya, Maithuna. Apa artinya itu? Kebetulan Jagad Jawa dapat sumber langsung dari trah Rangda Girah, jadi bisa menjelaskan sedikit.
1. Mada (mabuk-mabukan).
2. Maudra (tarian yang melelahkan hingga jatuh pingsan).
3. Mamsa (memakan daging mayat dan minum darahnya).
4. Matsya (makan ikan gembung yang beracun).
5. Maithuna (bersetubuh secara berlebihan).
Usut punya usut ternyata yang dipelajari Rangda Girah adalah Bhairawa, yang memang memuja seorang Dewi (Simbok) namun bukan Batari Durga. Apa itu Bhairawa, adalah kepercayaan lokal sebelum datangnya agama Hindu dan Buda di Jawa. Orang Jawa pada babad tanah Jawa disebutkan tidak memiliki kepercayaan, atau tidak memiliki agama. Memang, leluhur jawa tidak beraga, namun punya kepercayaan, yang kemudian di sejarah tertulis kepercayaan animisme dan dinamisme. Terserah mau disebut apa oleh para kolonial dalam tulisannya. Toh Kepercayaan Bhairawa ini bisa kita dapatkan dan telusuri.
Bhairawa (Shiwa Bhairawa) adalah kepercayaan para raja Singasari, Majapahit, Bali dan bahkan kawruh ini sampai ke Mongol. Ajaran ini mengenalkan sebuah ajaran yang kemudian dikenal 5M atau Mo5. Ajaran 5M ini akhirnya masih sampai ke telinga kita, lewat syiarnya para wali, meskipun secara makna sudah sangat berbeda, dan jauh dari pengertian 5M yang diajarkan oleh Bhairawa. 5M versi Wali adalah Madat, Madon, Main, Maling, Minum. Diajaran Bhairawa adalah Mada, Maudra, Mamsa, Matsya, Maithuna. Apa artinya itu? Kebetulan Jagad Jawa dapat sumber langsung dari trah Rangda Girah, jadi bisa menjelaskan sedikit.
1. Mada (mabuk-mabukan).
2. Maudra (tarian yang melelahkan hingga jatuh pingsan).
3. Mamsa (memakan daging mayat dan minum darahnya).
4. Matsya (makan ikan gembung yang beracun).
5. Maithuna (bersetubuh secara berlebihan).
Wah pantas saja ya kalau Rangda Girah dengan ajaran Bhairawanya ini dianggap sebagai seorang tukang santet. Jelas kan pekerjaan atau aliran itu hanya suka mabuk, suka nari, suka makan mayat, suka bersetubuh dan suka makan ikan beracun. Eh jangan-jangan ikan yang beracun itu nantinya digunakan untuk neluh rakyat kerajaan Daha, dan bla-bla lainya yang memang ajaran ini akhirnya digunakan untuk menghancurkan Rangda Girah. Kenapa saya sebut fitnah, toh bener yang diungkapkan oleh publik dan kerajaan Daha. Iya benar secara tulisan, namun belum benar secara esensi ajaranya.
Inti ajaran 5M ini adalah:
1. Mada artinya minum dan rengguklah spiritualitas itu hingga kamu mabuk dengan-Nya.
2. Maudra artinya sama dengan meditasi, yaitu capailah peleburan dengan asal-usulmu, itulah kesempurnaan.
3. Mamsa adalah walau menyelam dalam keduniawian, tetaplah mengawasi liarnya dagingmu (egomu).
4. Matsya adalah jadilah seekor ikan yang menyelami sungai/lautan kehidupan, jangan malah menolak kehidupan dan meninggalkan dunia.
5. Maithuna adalah capailah orgasme spiritual, satukan sakti dengan atmamu, usahakanlah benar-benar akan hal ini.
baca juga; [Upacara Bhairawa Bangkit Lagi di Pujungan]
Hayo mana yang jelek? kalau semuanya dihubungkan dengan Spiritual? Sangat berbahaya spiritual Bhairawa ini bagi kepercayaan mayoritas saat itu yaitu Hindu dan Budha. Apalagi rajanya adalah beragama Hindu. Seperti era sekarang yang mayoritasnya Islam, apa-apa dikit kalau ga sesuai dengan Islam ya seperti Habib Rizik katalah. Dan perlu diketahui lagi bahwa banyak yang bilang aliran Bhairawa ini adalah kepercayaan murni pribumi Jawa, dalam rangka ini Jagad Jawa menyampaikan apa yang Jagad Jawa dapat.
Inti ajaran 5M ini adalah:
1. Mada artinya minum dan rengguklah spiritualitas itu hingga kamu mabuk dengan-Nya.
2. Maudra artinya sama dengan meditasi, yaitu capailah peleburan dengan asal-usulmu, itulah kesempurnaan.
3. Mamsa adalah walau menyelam dalam keduniawian, tetaplah mengawasi liarnya dagingmu (egomu).
4. Matsya adalah jadilah seekor ikan yang menyelami sungai/lautan kehidupan, jangan malah menolak kehidupan dan meninggalkan dunia.
5. Maithuna adalah capailah orgasme spiritual, satukan sakti dengan atmamu, usahakanlah benar-benar akan hal ini.
baca juga; [Upacara Bhairawa Bangkit Lagi di Pujungan]
Hayo mana yang jelek? kalau semuanya dihubungkan dengan Spiritual? Sangat berbahaya spiritual Bhairawa ini bagi kepercayaan mayoritas saat itu yaitu Hindu dan Budha. Apalagi rajanya adalah beragama Hindu. Seperti era sekarang yang mayoritasnya Islam, apa-apa dikit kalau ga sesuai dengan Islam ya seperti Habib Rizik katalah. Dan perlu diketahui lagi bahwa banyak yang bilang aliran Bhairawa ini adalah kepercayaan murni pribumi Jawa, dalam rangka ini Jagad Jawa menyampaikan apa yang Jagad Jawa dapat.