Haji Djamhari meninggal pada 1890. Ia wafat sebelum era produksi massal dari rokok kretek. Warga Kudus lainnya Nitisemito mulai memprodu...
Haji Djamhari meninggal pada 1890. Ia wafat sebelum era produksi massal dari rokok kretek. Warga Kudus lainnya Nitisemito mulai memproduksi secara massal rokok kretek. Ia menerapkan dua strategi dalam memasarkan produknya itu.
Langkah pertama, Nitisemito mengeluarkan mereknya sendiri dengan label 'Bal Tiga.' Dari merek ia membangun citra. Ia lantas memilih Jepang untuk memproduksi semua merek-mereknya. Tak lupa, ia memberikan hadiah secara cuma-cuma kepada para perokok setianya. Syaratnya, jika para pelanggannya itu mengembalikan bungkus kosong rokoknya.
Strategi kedua, mensubkontrakkan berbagai tanggung jawab produksi rokoknya. Seperti, soal kebutuhan para pekerja, Nitisemito memilih perusahaan khusus yang menangani. Sedangkan soal penyediaan tembakau, cengkeh dan sausnya berada dalam tanggung jawab Nitisemito. Pabrik rokok kretek yang lain pun langsung menerapkan strategi yang sama. Praktik bisnis itu pun berlanjut hingga pertengahan abad ke-20. Hal itu terlihat ketika perusahaan-perusahaan mulai merekrut para karyawan sendiri untuk menjamin kualitas dan loyalitas.
Rokok putih menemukan momentumnya, pada era 1960-an. Sebab, konsumsi rokok kretek mandek. Pangkalnya, rokok putih memberikan citra perokoknya lebih prestisius. Kondisi berbalik, yakni pada era 1970-an. Industri rokok kretek berevolusi dan berjaya hingga kini.
Pada pertengahan 70-an, kondisi ekonomi yang meningkat menarik investasi luar negeri ke Indonesia. Pemerintah menginvestasikan arus masuk uang ini untuk mengembangkan industri pribumi, dan menawarkan pinjaman berbunga rendah kepada produsen rokok kretek.
Rokok kretek buatan mesin juga pertama kali muncul pada era ini, sehingga pembuatan kretek dapat diotomatisasi. Bentuk dan ukuran rokok kretek jenis baru yang seragam ini menjadi kesukaan kalangan atas, dan pada akhir 70-an, rokok kretek telah bersaing langsung dengan merek luar negeri.
Akhirnya, kebijakan transmigrasi pemerintah pada era 70-an turut memastikan bahwa rokok kretek tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Transmigrasi yang bertujuan mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dengan memindahkan masyarakat ke pulau-pulau lain ini mendorong perusahaan kretek untuk memperluas distribusinya secara nasional.
baca juga:
Rokok Kretek Itu Obat, Bukan Racun...Cuma Akal-Akalan Kapitalis
Rokok di Indonesia