Rokok Kretek, Bermula dari Obat Sakit Dada Haji Djamhari Di dalam rumah, tembakau dilinting, dan dibungkus dengan kulit jagung. Tak ...
Rokok Kretek, Bermula dari Obat Sakit Dada Haji Djamhari
Di dalam rumah, tembakau dilinting, dan dibungkus dengan kulit jagung. Tak lama kemudian, api menjalar di gulungan tembakau. Itulah rokok Indonesia bermula. Tidak sampai akhir abad ke-19 orang-orang mulai menambahkan cengkeh untuk rokok. Penemuan kretek, yang direkam sejarawan Onghokham, terjadi antara 1870 hingga tahun 1880.
Inovasi tersebut sebenarnya sebuah ketidaksengajaan. Sebab, bermula dari obat untuk menghilangkan rasa sakit dada, rokok bercampur cengkeh itu, bertransformasi menjadi rokok kretek.
Adalah Haji Djamhari yang memulai itu semua, sosok legendaris yang tinggal di Kota Kudus pada abad ke-19. Ia diyakini sebagai penemu atau peracik pertama kretek. Awalnya Djamhari mangaku sakit dada yang diduga karena asma. Ia pun mengambil minyak cengkeh dan mengoleskannya di dada dan punggung. Hasilnya, mujarab. Rasa sakit di dadanya berkurang.
Melihat penemuan itu, ia langsung meningkatkan dengan mengunyah cengkeh. Ternyata hasil lebih baik dirasakannya. Merasakan hasil yang maksimal, ia pun merajang cengkeh hingga halus kemudian ditaburkannya pada tembakau yang ia gunakan untuk merokok. Dan lagi-lagi, cengkeh yang dikombinasikan dalam tembakau tersebut, membuat penyakitnya sembuh.
Penemuan berhasil, ia lantas menyerbarluaskannya. Orang-orang yang dikenalinya mulai mencoba tembakau cengkeh. Kretek merupakan kombinasi tembakau dan cengkeh. Sedangkan kata 'Kretek' didapat dari bunyi gemeretak cengkeh yang timbul ketika rokok dibakar.
Tren ini berlangsung cepat dalam beberapa tahun kemudian di mana rokok kretek mulai diproduksi secara komersial. Djamharimulai memproduksi dan memasarkan penemuannya. Dengan meningkatnya popularitas kretek, berbagai industri rumahan turut menjamur memproduksi rokok kretek.
Kretek temuan Haji Djamhari ternyata sangat digemari masyarakat, sehingga terus berkembang. Dari Kudus pembuatan kretek menjalar ke kota-kota lain meliputi Semarang, Surakarta bahkan melintas ke Jawa Timur. Produsennya pun tidak hanya kalangan pribumi, tetapi juga keturunan China. Mungkin Djamhari tidak pernah menyangka idenya soal rokok kretek bisa menjelma menjadi sebuah industri besar. Tentu dengan penyempurnan dan pengembangan di sana sini.
sumber:news.liputan6.com/
baca juga: