Mantan Atlet Bulu tangkis merah putih, Mia Audina dikabarkan datang kembali ke Indonesia untuk menemui Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpor...
Mantan Atlet Bulu tangkis merah putih, Mia Audina dikabarkan datang kembali ke Indonesia untuk menemui Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora), Imam Nahrowi. Tujuan salah satu olimpian penyumbang medali perak itu ke Indonesia adalah menuntut haknya atas prestasi yang telah diraihnya dulu.
Imam Nahrawi didampingi Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Gatot S. Dewa Broto pada Selasa sore, 2 Agustus 2016 menerima kedatangan Mia Audina di ruang kerjanya yang terletak di lantai 10 Kantor Menpora Senayan, Jakarta. Mia merupakan salah satu Olimpian berprestasi yang dimiliki Indonesia karena sukses meraih medali perak pada Olimpiade Atlanta 1996 saat membela Timnas tanah air dan meraih medali yang sama pada Olimpiade Athena 2004 ketika ia sudah berpindah membela Belanda.
Permohonan Mia tersebut didasarkan atas program baru Kemenpora yang memberikan peningkatan Bonus dan Kesejahteraan kepada para atlet dan olimpian yang telah berprestasi menyumbangkan penghargaan bagi Indonesia. Atlet Bulu Tangkis kelahiran tahun 1979 itu baru mengetahui adanya program bonus dan tunjangan bagi olimpiad Indonesia yang meraih medali akhir-akhir ini.
“Saat ini saya memang WNA Pak Menteri tetapi saya menanyakan penghargaan dan tunjangan untuk olimpian waktu saya WNI saat meraih medali,” tanya Mia.
Meski statusnya telah bukan menjadi warga negara Indonesia, Mia tetap menuntut hak-nya. “Saya mohon kebijakan (dari) Pak Menteri (Imam Nahrawi) agar saya (bisa) mendapat penghargaan dan tunjangan itu,” kata Mia, yang disampaikan lewat rilis resmi Kemenpora, Selasa (2/8/2016), dikutip dari republika.co.id
Mia berlaga di ajang bulu tangkis sejak umur 5 tahun, Kemudian ia memutuskan untuk pindah ke Belanda demi melanjutkan karier bulu tangkisnya setelah meraih medali perak pada Olimpiade Atlanta 1996. Namun, Belanda tidak memberikan tunjangan hari tua kepada atletnya melainkan hanya bonus saja.
Di Indonesia, Imam sukses memasukkan anggaran bonus ke dalam APBN senilai Rp 5 Miliyar untul peraih medali emas, Rp2 Miliyar peraih medali perak, dan Rp 1 Miliyar peraih medali perunggu. Bonus tersebut menjadi hak para atlet dan olimpian Indonesia yang pernah menorehkan sejarah dengan membawa medali dalam olimpiade-olimpide sebelumnya.
Tidak hanya itu, Jaminan hari tuapun juga diberikan bagi para olimpian peraih medali. Besaranya senilai Rp20 Juta perbulan untuk peraih emas, Rp 15 Juta untuk peraih perak, dan Rp 10 Juta untuk perai perunggu.
Sayangnya, permintaan Mia tersebut tidak mendapatkan respon positif dari Kemenpora. Imam menjelaskan, aturan yang mendapatkan bonus dan tunjangan tersebut harus dan masih berkewarganegaraan Indonesia.
“Seandainya saja boleh tetapi peraturan menteri keuangan berkata lain hal ini akan menjadi masalah, kita akan berkoordinasi lebih lanjut, kalau kita niatnya adalah supaya bisa dinikmati oleh para olimpian karena telah mengibarkan Merah Putih,” pungkasnya.
Terkadang uang memang bisa melupakan segalanya rasa nasionalisme luntur,rasa malu pun hilang,tetapi tetap ngotot merasa berjasa,masih banyak atlet lain yang punya rasa nasionalisme dan semangat juang yang tinggi tetyapi tidak tergiur oleh janji2 negara lain. Contohlah susi susanti.
edit:suratkabar.id