Ini adalah sekelumit cuplikan perjanjian Sabdo Polon dengan Syeh Subakir tentang bagaimana Islam di terima di Djawa Dwipa dan bagaimana ke...
Ini adalah sekelumit cuplikan perjanjian Sabdo Polon dengan Syeh Subakir tentang bagaimana Islam di terima di Djawa Dwipa dan bagaimana kenyataannya dengan sekarang?
Bahwa ternyata anak Nusantara ini sudah mulai melupakan adat istiadat, budaya warisan leluhur bangsanya sendiri. Dan jangan heran jika kehancuran itu akan tiba suatu saat.
SABDOPALON :
PERTAMA :
Jangan ada pemaksaan agama, dharma atau kepercayaan.
(Bagaimana kenyataannya? Berapa banyak aliran kepercayaan Nusantara ini di berangus, di paksa untuk mengisi kolom agama tertentu di KTP nya?? )
KEDUA :
Jika hendak membuat bangunan tempat pemujaan atau ngibadah, buatlah yang wangun (bangunan) luarnya nampak cakrak (gaya) Hindu Jawa walau isi dalamannya Islam.
(Bangunan Masjid dulu iya betul begitu klo sekarang?)
KETIGA :
Jika mendirikan kerajaan Islam maka Ratu yang pertama harus dari anak campuran. Maksud campuran adalah jika bapaknya Hindu maka ibunya Islam. Jika bapaknya Islam maka ibunya harus Hindu.
(Sekarang boro-boro, Ahok saja di goyang dan akhirnya lengser, padahal ini mengajarkan filosofi kesetaraan tidak membeda-bedakan SARA, tapi saat ini yang ada hukum padang pasir yang berlaku, mau ngeles apalagi jika Nusantara ini memang sudah banyak yang menyimpang dari ajaran leluhurnya)
KEEMPAT :
Jangan jadikan Wong Jowo berubah menjadi orang Arab atau Parsi. Biarkan mereka tetap menjadi orang Jawa dengan kebudayaan Jawa walau agamanya Islam. Karena agama setahu saya adalah dharma, yaitu lelaku hidup atau budi pekerti.
Hati-hati jika sampai Orang Jawa hilang Jawanya, hilang kepribadiannya, hilang budi pekertinya yang adiluhung maka aku akan datang lagi. Ingat itu. Lima ratus tahun lagi jika syarat – syarat ini kau abaikan aku akan muncul membuat goro-goro.
(Bagaimana dengan keadaannya sekarang? Jangan heran jika Nusantara ini makin banyak kekerasan, bom bunuh diri dsbnya atas nama agama, itulah goro-goro akibat dari lalainya anak Nusantara dalam menjaga warisan leluhur bangsanya sendiri, durhaka kepada leluhurnya sendiri)
SYEH SUBAKIR : Baiklah. Syarat pertama sampai keempat aku setujui. Namun khusus syarat keempat, betapapun aku dengan kawan-kawan akan tetap menghormati dan melestarikan budaya Jawa yang adiluhung ini.
Namun jika suatu saat kelak karena perkembangan jaman dan ada perubahan maka tentu itu bukan dalam kuasaku lagi. Biarlah Gusti Kang Akaryo Jagad yang menentukannya.
==========================
Jika kau begitu percaya penuh dengan kitab para nabi nun jauh di sana, lalu kenapa anak Nusantara begitu meremehkan bahkan menganggap semua kitab para leluhur Nusantara ini hanyalah sebuah mitos dan dongeng belaka, padahal sudah begitu jelas terbukti dari waktu ke waktu?
Padahal secara logika kedua kitab atau kedua cerita tersebut sama-sama kita tidak menyaksikannya sendiri, tapi kenapa anak nusantara ini bisa lebih mempercayai cerita kitab nun jauh di sana yang jelas tidak tau seluk beluk adat budaya Nusantara ini di banding cerita kitab leluhur bangsanya yang jelas-jelas terlahir di sini dan mengenal seluk beluk adat, budaya, keberagaman bangsa ini?
Tanya kenapa?
Mungkin ada baiknya anak bangsa ini kembali membuka kitab leluhur bangsanya sendiri sebelum semuanya terlambat karena ternyata jauh-jauh hari semuanya sudah tertulis.
Bangsa yang kuat dan besar adalah bangsa yang tidak pernah meninggalkan warisan leluhur bangsanya sendiri, contoh negeri Cina yang sampai sekarang masih memegang teguh adat istiadat budaya leluhurnya sendiri.
Anak Nusantara ini mungkin sudah jarang yang tau tentang riwayat cerita ini tapi saatnya sekarang Nusantara ini bangkit membangunkan anak-anaknya dari tidur panjangnya, menyadarkan dari mimpi-mimpi tentang Surga khayalan yang tidak tau juntrungannya di mana, padahal Surga yang di ceritakan di kitab nun jauh di sana itu sudah ada semuanya di alam Nusantara ini. altara